Berburu Sabuk Sakti di Makam Mbah Malim

PADA zaman perang kemerdekaan, Mbah Malim yang saleh dan sakti, dianggap pahlawan bagi wong cilik di Jawa Barat umumnya, Bandung khususnya. Makamnya berada di Subang, Ciamis, Tasikmalaya. Makamnya kerap diziarahi karena dinilai keramat hingga sekarang. Pekan lalu Merapi berziarah ke sana, sembari menyimak kisah di balik kekeramatannya.

Kesaktian Mbah Malim terkenal di seantero Jawa Barat. Juga dikenal sebagai pribadi yang saleh. Setidaknya bisa direkam dalam ingatan Mbah Apek (62) dari leluhur setempat. Menurut cerita, kesaktian Mbah Malim kerap dipakai membantu para pejuang Jawa Barat. Juga untuk melindungi rakyat kecil. Satu contoh, Mbah Malim sering mencuri makanan dan senjata milik Kompeni lalu diberikan kepada pejuang dan rakyat.

Suatu kali Mbah Malim tertangkap Belanda. Karena dianggap berbahaya, lalu dijatuhi hukuman gantung dialun-alun Tegalega Bandung Utara. Lebih lagi karena terbukti mencuri dan melindungi tentara Indonesia.

Tapi sebelum Subuh saat hari eksekusi datang, Mbah Malim raib dari selnya di Penjara Banceuy. Sipir penjara njenggirat, kepala penjara njondhil. Pasalnya, ketika sel penjara diperiksa, ternyata pintu sel dan pintu-pintu lainnya masih dalam keadaan terkunci. Penjagaan yang dilakukan serdadu Belanda pun amat ketat-tat.

Dari cerita, Mbah Malim melarikan diri ke Gunung Patoha terletak di Bandung selatan. Menurut Mbah Apek, kesaktian Mbah Malim terletak pada jimat sabuk terbuat dari kain kafan.

Makam Mbah Malim pun sekarang berada di kaki Gunung Patoha. Tidak mudah untuk mencapai tempat kearmat itu. Hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua. Sesekali harus dituntun karena hanya melewati jalan setapak yang banyak dilalui para peziarah untuk mendapatkan sabuk kesaktian.

Tak sedikit yang menginap di tempat keramat itu sampi berhari-hari. Bahkan berminggu-minggu. Sebab sebelum meninggal sabuk Mbah Malim ditali pada sebatang pohon. Ketika Mbah Malim meninggal sabuk tersebut juga hilang.

Menurut Mbah Apek, yang tak mau disebut jurukunci ini, diperkirakan sabuk itu masuk dan ada dalam pohon yang sekarang tumbuh tegak di utara makam.

�Pernah pohon ini ditebang oleh 4 orang dan saya hendak dibayar 5 juta. Saya bilang silakan saja kalau mau tebang. Tapi begitu mau roboh pohon ini tegak lagi. Dan satu diantara penebang itu meninggal disini karena digigit ular, entah dari mana ular itu datang,� kata Mbah Apek.

Sejak itu tidak ada yang berani lagi untuk menebangnya. Sementara orang yang menginginkan sabuk Mbah Malim hanya semedi dan melakukan ritual disekitar makam. Didalam makam Mbah Malim juga para peziarah tidak diperbolehkan bertindak yang neko-neko. Bicara saja tidak boleh. Jadi hanya untuk semedi dan melakukan ritual.

Tidur juga boleh, bahkan sudah disediakan padepokan untuk para orang yang hendak berburu sabuk sakti milik Mbah Malim.

Tapi menurut Mbah Apek, jarang orang yang dapat sabuk seperti yang diinginkan. Mereka paling hanya mendapatkan cincin akik berwarna ungu gelap.

�Tapi tidak semua mendapatkannya. Yang banyak memang sering mendapatkan cincin. Itupun melalui ujian yang berat,� tambah Mbah Apek.

Pernah ada pemuda Cicalengka mendapatkannya pada 1988, tapi Mbah Apek sendiri tidak berani memastikan apakah itu sabuk asli milik Mbah Malim atau bukan. Padahal pemburu sabuk sakti itu bukan hanya dari sekitar Bandung saja.

Dari Surabaya, Malang, Banten, dan Lampung juga ikut bersaing ingin mendapatkan sabuk sakti milik Mbah Malim. Mbah Apek juga sering memperingatkan pada para pemburu sabuk sakti sebelum melakukan ritual agar berhati-hati dan menjaga sikap. Seandainya belum siap mending tidak usah, kalau tidak kuat ujian bakal berbahaya risiko yang bakal diterimanya.

Seperti peristiwa satu bulan yang lalu. Seorang pemuda asal Lembang yang mencoba berburu sabuk Mbah Malim ini. Karena belum punya mental cukup, saat malam sedang semedi ia didatangi harimau putih dengan sorot mata merah, dia nggenjrit lari keluar makam. Dan kabar terakhir sekarang pemuda tersebut mengalami sedikit gangguan jiwa. Orang tua pemuda itu kerap datang meminta maaf pada Mbah Malim. Padahal menurut Mbah Apek harimau yang duduk di atas makam Mbah Malim, tidaklah jahat.(pipin/mol)

Sumber : pos metro balikpapan


Posted via Blogaway

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
animasi bergerak gif
animasi bergerak gif

 
bantulah kami agar tetap eksis mengembangkan ilmu metafisika untuk semua orang